Jumat, 10 Agustus 2012

kesaksian

met pagi all...
senang bisa menyapa teman2 semua...
hari ini saya bangun kesiangan soalya jam 3 baru tidur...
tp saya gak pernah lupa sama teman2 makanya saya sempatkan posting. hehehe
 hari ini kita akan melihat kesaksian dari teman2 kita, saya berharap bisa memberkati kita semua.


Kisah pertobatan seorang Master Feng shui
Vachiravan Vanlaeiad
Saya dilahirkan dan tinggal di daerah Pemakaman Tionghoa Sukhawadee di Nong Khee, Thaiuland. Leluhur saya emigrasi dari China dan menetap di Propinsi Chonburi. Saya belajar ilmu Feng Shui dan astrologi sejak umur 7 tahun dari beberapa guru yang melakukan upacara spiritual di tempat pemakaman.
Saya senang memerhatikan upacara yang dilakukan oleh guru-guru Feng Shui seperti berkomunikasi dengan roh-roh, mengusir roh jahat dan berkomunikasi dengan roh orang mati. Sekalipun masih anak kecil, saya sangat tertarik dan dapat dengan baik dan tepat menghafal metode-metode meramal dan juga pelbagai prosedur upacara berkaitan dengan Feng Shui di tempat pemakaman. Dalam studi saya akan ilmu Feng Shui saya menemukan pengetahuan ini bukan saja berlaku bagi yang mati tapi juga bagi yang hidup.
Di usia 20 tahun saya sudah menjadi seorang konsultan Feng Shui dan peramal yang cukup terkenal; klien saya termasuk politikus, pejabat tinggi negara dan juga pengusaha. Bahkan tokoh Feng Shui yang lain datang berkonsultasi pada saya. Upah saya lumayan mahal dari beberapa ratus Baht sampai beberapa ribu Baht, tergantung tingkat kesulitannya. Saya terlibat dalam desain dan pembangunan beberapa pemakaman di Thailand.
Di tahun 1996, saya diperkerjakan oleh Gereja Sapan Luang untuk membangun dan merawat tempat pemakaman milik gereja. Saya dipekerjakan sebagai kepala teknisi tempat pemakaman dan di samping itu saya tetap meneruskan bisnis konsultan Feng Shui saya.
Namun, setiap kali saya bekerja di tempat pemakaman Kristen, saya tidak bisa menahan diri bertanya-tanya, mengapa orang-orang Kristen yang tidak pernah memakai ilmu Feng Shui untuk menguburkan orang mati tapi keluarga mereka sepertinya menjalani hidup yang bahagia dan baik-baik. Sebaliknya, tempat pemakaman yang dibangun berdasarkan ilmu Feng Shui tidak dapat memberikan kebahagiaan kepada keturunan mereka. Akibatnya, banyak makam leluhur yang dibongkar dan dipindahkan ke tempat lain untuk memperbaiki keberuntungan keturunan mereka yang ternyata gagal dalam kehidupan pribadi maupun bisnis mereka.
Serangkaian pertanyaan muncul di benak saya. Mengapa keluarga orang-orang Kristen yang mati dan dikuburkan di pemakaman non-Feng Shui itu bahagia dan makmur? Dan juga upacara pemakaman mereka juga menarik: menyanyi lagu-lagu pujian dan khotbah, tidak begitu serius dan formil seperti non-Kristen.  Mereka juga tidak kelihatan terlalu sedih.
Pertanyaan-pertanyaan ini menghantui saya. Suatu hari saat saya melakukan survei ke pemakaman dan membaca tulisan-tulisan di batu nisan. Saya melihat bahwa kebanyakan tertulis, "Yesus berkata, "Akulah kebangkitan dan hidup. Barangsiapa yang percaya pada aku akan hidup, sekalipun dia mati; dan barangsiapa yang hidup dan percaya padaku tidak akan pernah mati"; "Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan"; dan "Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku." Saat membaca kalimat-kalimat itu saya tidak memahami arti dari kata-kata itu dan saya juga tidak tahu bahwa ayat-ayat itu dari Alkitab.
Pertanyaan-pertanyaan itu saya simpan di dalam hati. Di waktu yang bersamaan saya berusaha untuk mencari kebenaran apakah ilmu Feng Shui benar-benar dapat memperkayakan orang. Saya mulai dengan mengamati bahwa orang-orang yang datang berkonsultasi ke ahli Feng Shui adalah orang-orang kaya karena tarif yang dipasang sangatlah tinggi (jika Feng Shui Master itu terkenal). Saya sangat yakin bahwa tidak ada ahli Feng Shui yang dapat memperkayakan orang karena mereka yang datang semuanya sudah kaya. Alasan mengapa orang kaya berkonsultasi ke ahli Feng Shui adalah kerana mereka takut jatuh miskin atau mau menjadi lebih kaya lagi. Seringkali yang berkonsultasi adalah anggota keluarga dari orang kaya yang telah meninggal yang meminta untuk menggali dan memindahkan kuburan leluhur mereka ke tempat lain untuk mengubah keberuntungan mereka. Pertanyaan saya adalah mengapa sekalipun orang kaya itu dikuburkan sesuai dengan prinsip-prinsip Feng Shui tapi keturunan mereka tetap tidak kaya?
Dari situ pemikiran saya juga berubah dan saya tidak lagi begitu yakin akan kebenaran prinsip-prinsip Feng Shui. Tapi banyak orang yang masih datang ke saya dan saya hanya membantu mereka untuk menyenangkan mereka. Tidak lama setelah itu saya diminta untuk membantu di proyek pemakaman milik Gereja Saphan Luang di daerah Nakhoin Pathom. Saya kaget melihat lokasi pemakaman itu yang terletak di antara rel kereta api (di belakang) and persimpangan T (di depan) yang menurut Feng Shui sangat tidak baik. Menurut ilmu Feng Shui, lokasi itu akan membawa sial dan kemiskinan pada keturunan orang yang dimakamkan di situ. Namun, setelah satu minggu bekerja di sana, saya melihat dari batu-batu nisan di situ bahwa keturunan mereka yang dimakamkan di sana merupakan orang-orang terkenal dan kaya di dalam masyarakat Thailand pada waktu itu.
Fakta ini membuat saya untuk bertanya kepada beberapa ahli Feng Shui yang terkenal mengapa ilmu Feng Shui tidak berpengaruh ke atas orang Kristen? Kebanyakan dari mereka memberitahu saya, "Karena mereka punya Tuhan!"
Saya juga punya kesempatan untuk menanyakan pada salah satu guru yang paling ternama di Thailand mengapa orang-orang Kristen tetap baik-baik dan bahagia sekalipun mereka tidak memperlakukan prinsip-prinsip Feng Shui seperti mencari tahu tentang hari dan waktu yang membawa keuntungan; meramal nasib berdasarkan bulan dan tahun lahir; atau berkonsultasi tentang Feng Shui. Guru ini dengan enggan memberitahu saya, "Memiliki Tuhan mereka sudah cukup bagi orang-orang Kristen!"
Jawabannya membuat saya bingung dan saya berpiir, "Wah! Bagaimana dengan kita? Bagaimana dengan semua yang telah kita pelajari dan terapkan. Bagaimana dengan begitu banyak waktu yang kita pakai untuk menimba pengetahuan tentang Feng Shui? Apa yang benar dan sejati - Feng Shui atau Kekristenan?"
Semakin saya memikirkan tentang hal ini, semakin saya ingin mengenal Allah orang-orang Kristen; namun saya masih belum mempunyai kesempatan untuk mengenalNya karena saya tidak tahu harus bermula dari mana! Saya tidak tahu bagaimana untuk mengenalNya!
Di pertengahan tahun 2005, saya menghadapi banyak sekali tantangan dalam pekerjaan saya, sampai-sampai ada yang menyewa pembunuh bayaran untuk menghabisi saya. Namun sekalipun saya sudah mengetahui  bahwa saya akan menghadapi hal yang tidak beruntung pada hari itu, saya tidak dapat berbuat apa-apa untuk mengubah nasib saya atau meringankan kesialan saya.
Saat saya tertekan karena tidak dapat menuntaskan permasalahan saya, saya akan bermeditasi untuk mencari ketenangan agar dapat menemukan solusi, namun sia-sia. Di waktu itu saya diberi sebuah buku berjudul, "Kuasa kehidupan" yang berisi kesaksian orang-orang Kristen di Thailand dari setiap lapisan masyarakat.
Pada awalnya, saya tidak mempercayai apa yang tertulis dalam buku itu. Bagaimanapun, karena saya sudah seperti orang yang terjepit tanpa ada jalan keluar atau solusi, sayapun membuka buku itu. Saya tiba pada kalimat yang berkata, "…jika kita tidak mengakui dosa-dosa kita pada Allah, apa yang akan terjadi dengan hidup kita?" Entah mengapa, tiba-tiba saya menyadari bahwa saya adalah orang yang sangat berdosa karena telah melakukan banyak hal yang menjijikkan.
Di waktu itu juga saya mengakui semua dosa-dosa yang telah saya lakukan dan berkata pada Tuhan, "Saya orang berdosa. Saya meminta kesempatan dari Engkau untuk menjadi orang baik dan menerima hidup yang baru." Setelah doa itu, saya merasa dihibur secara spiritual dan mental.
Anggota komite tempat pemakamam selalunya melakukan kunjungan kerja sebulan sekali pada hari Sabtu ke tempat saya bertugas. Di bulan Juli tahun 2005 itu saya tidak sabar menanti kunjungan mereka. Pada hari itu entah mengapa Pendeta Wirat Wongsantichon menghadiahkan saya sebuah Alkitab. Saya bertanya mengapa dia memberi saya kado dan jawabannya adalah, "Saya tidak tahu!"  Saat kami makan siang bersama, saya membatin, "Mengapa tidak ada yang mengundang saya ke gereja?" Belum lama setelah itu, Penatua Tawee Suwatpanit menoleh ke saya dan berkata, "Preecha, Anda seharusnya datang ke gereja setidaknya satu kali." Langsung saya menjawab bahwa saya akan ke gereja keesokan harinya (hari Minggu).
Pada hari Minggu itu, ditemani oleh anak saya, saya menyetir hampir 250km (PP) ke gereja yang berlokasi di Bangkok. Di hari itulah saya buat pertama kalinya mengalami dan melihat orang-orang Kristen menyembah Allah mereka. Saya memberitahu anak saya bahwa kita harus dengan kuat berpegang pada prinsip-prinsip Kristiani dan mengabdi pada Allah orang Kristen. Dan kita harus berani untuk memberitahu orang lain bahwa kita adalah Kristen dan harus membaca Alkitab dengan teratur. Setahun kemudian, di tahun 2006 saya membuka hati dan jiwa untuk mempercayai dan juga menyerahkan seluruh kehidupan saya kepada Allah dan dibaptis. Istri dan anak perempuan saya juga mengikuti langkah saya tidak lama setelah itu. Suatu mukjizat terjadi di dalam keluarga kami, ayah saya yang selama 20 tahun tidak pernah tinggal serumah dengan kami kembali dan buat pertama kali keluarga kami menjadi utuh. Setelah itu saya mengikuti pelatihan di gereja tentang "Mengikuti Kristus", dan saya mulai memahami lebih tentang Kekristenan.
Klien-klien lama saya tetap menghubungi saya untuk membantu dalam hal Feng Shui. Setelah berkonsultasi dengan hamba Tuhan di gereja, saya merasa lega dan bersemangat untuk bertemu dengan mereka untuk memberitahu mereka tentang Tuhan. Namun, di sisi lain, saya juga sangat khawatir jika saya berhenti dari menjadi seorang konsultan Feng Shui, bagaimana saya akan menghidupi keluarga saya. Pada suatu malam saya membalik Alkitab dan ayat yang saya baca berkata, "Tuhan adalah gembalaku, aku tidak akan kekurangan (Mzm 23.1)." Ayat itu menguatkan hati saya dan tidak lama setelah itu saya mendapat proyek membangun tempat pemakaman untuk Gereja Piamrak and Gereja Maitreechit.
Sejak itu, hidup saya berubah. Saya mempunyai kesempatan bukan saja untuk mengabarkan Firman Tuhan pada orang yang tidak percaya (yang mendatangi saya untuk konsultasi Feng Shui) tapi juga mendorong orang-orang Kristen yang lemah yang masih mempercayai Feng Shui. Saya menyakinkan mereka bahwa Allah kita besar karena sekalipun saya seorang ahli Feng Shui, saya telah 180-derajat bertobat dan menyembah Dia. Saya selalu menghimbau mereka, "Jangan menyerah, berimanlah pada Allah!"
Jika Anda adalah anak-anak Allah, janganlah khawatir tentang kehidupan atau masa depan Anda. Feng Shui maupun bintang-bintang di langit tidak ada pengaruh atas Anda karena Allah maha Kuasa memimpin dan mengarahkan hidup Anda. Dia adalah Tuan atas kehidupan Anda. Karena, "Sesungguhnya aku tahu, bahwa TUHAN itu maha besar, dan Tuhan kia melebihi segala allah." (Mzm 135.5)
(Kisah pertobatan Preecha Kongkitimanon dari Thailand)

Kesaksian: Pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi kesaksian yang sudah sering saya ceritakan kepada teman-teman saya dan menjadi gambaran hidup kuasa Tuhan.

Saya adalah seorang anak perempuan dari keluarga yg terpecah belah dan tentunya saya masih mengingat bagaimana sewaktu saya berumur 3 tahun, saya berada dalam kondisi pertengkaran hebat antara ayah dan ibu saya yg sampai saat ini menjadi kenangan terburuk yg melekat dalam ingatan saya. Mungkin banyak orangtua tidak menyadari, bahwa daya ingatan anak kecil itu tersimpan dan terkubur dalam menjadi luka yg saya sendiri kadang tidak sadari.
Saya diasuh oleh nenek dari pihak ayah saya, ayah dan ibu saya pergi meninggalkan saya karena mereka mengejar cinta baru mereka. Saya yg masih berumur 3 tahun harus beradaptasi dengan kakak tiri dan rumah yg sangat asing bagi saya. Ditambah lagi saya adalah anak dari istri kedua yg tidak direstui keluarga. Tentunya saya yg masih kecil itu tetap memiliki intuisi bahwa saya tidak disenangi ketika berada di rumah tsb.
Hari demi hari, dan tahun demi tahun saya dibesarkan, saya mengalami depresi dan luka yg terus terpupuk dalam diri saya yaitu cap sebagai anak “broken home”, di rumah itu saya hanya dekat kepada nenek dan tante (yg merupakan adik papa saya), tiba-tiba saja tante yg selama ini saya anggap sebagai ibu, ternyata hamil dan memiliki anak, saya yg saat itu duduk di kelas 2 smp, dan sedang masa-masanya ingin diperhatikan, sangatlah terguncang. Di benak saya hanya berpikir “bagaimana nasib saya kelak? Siapa yg akan menyayangi saya? Saya akan ditinggalkan seperti ayah dan ibu saya meninggalkan saya?” dan tentunya satu kata dari itu semua adalah “saya cemburu”. Saya yg saat itu sedang kurang perhatian membuat ulah, saya bolos sekolah, berbohong agar mendapat uang lebih, kabur dari les saya, dan keras kepala. Saya masih ingat sekali, ketika saya meminta uang kepada nenek saya, dan saya hanya diberi uang lima ribu saya langsung membuang uang tsb. Kesalahan terbesar saya yg hingga saat ini masih saya tangisi. Semua perbuatan yg saya lakukan itu sebagai bukti pemberontakan bahwa saya ingin diperhatikan.
Lalu pada suatu hari saya bertengkar hebat dengan tante dan nenek saya. Saya yg sudah tidak sanggup berperan nakal lagi, ketika dimarahi, hanya bisa diam dan menangis, bahkan tenaga melawan pun sudah tidak saya miliki. Ketika saya masuk kamar, saya melihat ada racun serangga, lalu di benak saya terngiang, “kalau saya minum, maka semua akan beres, tante saya bisa hidup bahagia tanpa perlu mengkhawatirkan saya, saya anak yg tidak diharapkan ini lebih baik pergi saja, saya tidak ada gunanya,dan tidak memiliki apa-apa”
Dan saya pun meminum racun itu. Beberapa lamanya saya minum racun itu, tiba-tiba saja pandangan saya buyar, semua suara menjadi asing, saya ketakutan, dan bayang-bayang indah terlintas di mata saya “SAYA MASIH INGIN HIDUP" saya memiliki impian yg selama ini tidak pernah saya sadari karena tertutup oleh rasa cemburu dan serakah. Saya merangkak di kasur, berteriak dan meminta tolong diselamatkan, saya berusaha memuntahkan isi perut saya, saya masukkan tangan saya ke dalam mulut saya, tapi semua itu tidak berhasil, saya drop dan langsung terjatuh di lantai.
Keluarga saya langsung membawa saya ke UGD dan di situ saya melihat tante dan nenek saya menangis, tante saya yg sedang hamil berlarian menemani saya dibawa ke UGD, memegang tangan saya yg ketakutan dan lemah, sedangkan nenek saya hanya bisa menangis menepuk-nepuk dadanya, seolah-olah menyalahkan dirinya..
Malam itu adalah malam terpanjang bagi saya, saya kesakitan karena selang sudah memasuki hidung dan mulut saya, saya pun tidak bisa bicara dengan jelas, saya hanya bisa berkata sepatah-sepatah “saya haus” itu yg saya katakan pada tante saya, tante saya memohon kepada suster utk memberi saya minum, tapi suster menolak karena racun belum sepenuhnya keluar dari badan saya. “saya kesakitan, tolong lepaskan selang ini,” tante saya pun memohon kembali agar dilepaskan, tapi suster menolak. Dari sini saya sadar, bahwa yg merasakan kesedihan atas sakit dan hausnya saya, hanyalah orang yg memiliki cinta yg begitu mendalam untuk saya.
Malam itu saya digiring ke rawat inap khusus, dan tidak boleh ditemani siapa pun, tante saya yg sedang hamil itu memohon kepada pihak rumah sakit supaya saya dimasukkan ke ruangan rawat biasa, agar bisa ditemani  pihak keluarga yg menjaga, tapi pihak rumah sakit menjelaskan, bahwa percobaan bunuh diri bukanlah hal sepele, dan bisa saja penyebabnya dari keluarga itu sendiri, pasien bisa merasa terancam bila ternyata pihak yg menemaninyalah yg menjadi penyebab kasus ini.
Malam itu racun sangat menggigit badan saya, saya mengalirkan air mata tidak bisa tidur, suster di rumah sakit sudah istirahat, hanya bolak-balik sesekali, dalam keadaan saya sudah tidak bisa bergerak lagi, saya menggigil kedinginan, panas dingin, hanya itu yg saya rasakan, badan saya kaku, dan saya tidak berani menutup mata saya... saya takut... takut ketika saya menutup mata tidak akan terbangun kembali. Padahal awalnya saya memang berniat mati, tapi semua berubah ketika saya melihat air mata ketulusan sosok Ibu dari tante dan nenek saya..
Tiba-tiba saja ada sesosok putih bercahaya datang mendekati saya, duduk di samping kasur saya.
Saya yg pada saat itu lemas mencoba memfokuskan pandangan saya, saya pikir itu suster, tapi ternyata ada dua orang yg berada di samping saya, hingga membuat saya berlinangkan air mata, yg pertama adalah tante (kakak ayah) saya yg sudah meninggal tahun sebelumnya, dan yg kedua adalah sosok cahaya yg hangat dan tidak bisa saya lihat wajahnya yang saya yakini adalah Bapa, Ia datang dan duduk di sisi kasur saya, mendekatkan tangan-Nya dan mengelus kening saya, lalu sambil menutupi mata saya dengan tangan-Nya, Ia pun berkata, “Jangan takut, tidurlah... pejamkan matamu, Aku ada di sini menyayangi dan menemanimu.” Saya langsung merasakan badan saya yg tadinya panas dingin, menjadi hangat, dan saya pun terlelap seketika itu juga..
Pagi-pagi saya membuka mata saya, saya memandang nenek dan tante saya yg sudah berada di kamar saya sambil menangis, dan saya pun berkata “Saya masih hidup,” saya yg penasaran bertanya kepada suster, apakah mereka datang kemarin malam, dan mereka bilang terakhir mereka mendatangi saya adalah pada saat mengecek infus saya dan saya tahu bahwa saya masih terbangun pada saat itu.
Saya tidak ingin bertanya apa-apa lagi. Saya tahu bahwa ini kuasa Tuhan, saya tidak ingin memikirkan hal ini dengan logika saya sebagai manusia, tapi saya memandang ini semua dari segi iman saya. Setelah kejadian ini saya pun mulai bersaksi setiap ada perkumpulan iman.
Masih banyak hal-hal dan kesaksian dalam hidup nyata di umur saya yg masih belia ini, mengenai keselamatan saya dari maut, saya yg mencoba bunuh diri, hingga saya yg hampir meninggal karena sakit. Semua itu menguatkan saya menjadi seorang hamba Allah, saya bahagia jika dapat berbuah untuk Allah melalui kesaksian, sebagai ucapan syukur atas kehangatan yg saya rasakan dalam hidup ini.
Semoga kesaksian pertama saya membawa berkat bagi kita semua. Amin.




Kesaksian Hidup Melawan Kanker

March 1, 2009 at 10:37 am | Posted in Sharing On-line Sahabat CISC | 4 Comments 
Email berisi kesaksian ini baru kami terima dari salah seorang CISC-er. Thanks for Mbak Linda Gunawan atas emailnya. Thanks juga pada keluarga bu Ratna S atas sharingnya. Semoga kisah ini menguatkan dan memberikan inspirasi positif untuk pembaca. (yd-CISC)
dsc_0004-small
TUHAN PASTI BUKA JALAN Kesaksian Hidup dari Ny. Ratna Sutrani melawan penyakit kanker) September 2006 TUHAN PASTI BUKA JALAN (Kesaksian hidup dari Ny. Ratna Sutrani melawan penyakit kanker) “Aku mengasihi Tuhan, sebab Ia mendengarkan suaraku dan permohonanku. Sebab Ia menyendengkan telingaNya kepadaku, maka seumur hidupku aku akan berseru kepadaNya” (Mazmur 116 : 1-2) Keterangan singkat tentang penulis: Nama: Ratna Sutrani (68 tahun), kelahiran Blora (Jateng) dan tinggal di Bandung Suami: Benyamin Gunadi Anak: Daniel Gunadi, Petrus Gunadi, dan Vivien Gunadi
Riwayat Sakit / Ringkasan Mujizat:
AGUSTUS 1995: satu tahun setelah saya pensiun sebagai pegawai negeri Di kala sedang sibuk mempersiapkan keberangkatan Daniel untuk melanjutkan studinya ke Purdue University, West Lafayette, Amerika Serikat, tiba-tiba di depan cermin tanpa sengaja saya melihat adanya lump (benjolan) di payudara sebelah kiri atas. Puji Tuhan! Walaupun saya melihat itu, saya diberi ketenangan oleh Tuhan, serta diberi ketegaran dan tidak panik. Saya tidak cerita ke siapapun dan dapat mendampingi Daniel berangkat ke Amerika. Saya mengajak Daniel ke Disneyland, Universal Studios, Hollywood dan lain-lain dengan tidak ada beban apa-apa. Selama Daniel orientasi sebelum mulai kuliah, saya tinggal selama satu minggu di kediaman keponakan saya di Winnipeg (Canada) dan kemudian tinggal di Seattle (Amerika) di kediaman keluarga dokter Widyawati, sahabat saya. Di sanapun, saya tidak menceritakan masalah kesehatan saya ini. Di kala itu kesehatan saya sangat prima dan saya tetap tenang. OKTOBER 1995: Diagnosis awal kanker payudara Sepulang saya ke Indonesia, saya melihat lagi di cermin dan baru waspada. Apalagi dalam bulan yang sama, saya menghadiri pernikahan salah satu keponakan saya di Surabaya. Saya bertemu dengan keluarga dokter gigi kerabat saudara ipar saya yang dipanggil Tuhan sehubungan dengan penyakit kanker payudara yang dideritanya. Sewaktu saya kembali ke Bandung, saya memeriksakan diri ke dokter bedah, dan ia mencurigai adanya keganasan. Puji Tuhan, lagi-lagi saya diberi ketenangan dan ketegaran. Konfirmasi juga datang dari dokter Sutanto, saudara kandung ipar saya. Kemudian saya menjalani mamografi dan biopsi. Hasil yang keluar menandakan saya positif terkena kanker payudara stadium IIA. OKTOBER 25, 1995: Mastectomy (pengangkatan total payudara) Terima kasih pada Tuhan karena telah mengirimkan Dr. Sutanto, seorang dokter yang baik, pandai dan kerabat sendiri yang sangat taat kepada Tuhan. Diagnosis: Kanker Payudara Stadium IIA, dan semua pertanda tumor masih normal. Setelah operasi pengangkatan payudara selesai dilakukan, saya menjalani radiotherapy (penyinaran) sebanyak 20 kali di RS Cipto Jakarta. Bukan suatu kebetulan kalau saya hanya cerita kepada satu orang, dokter kolega saya (karena saya bekerja di bidang kesehatan, yang di kala itu jumlah staf yang bersama dengan saya kurang lebih 60 orang dokter). Suaminya (yang sekarang menjadi wakil kepala bagian Radiologi di salah satu RS terkenal di Bandung) sedang menjalani magang di RS Cipto. Suami istri inilah yang mendampingi saya sewaktu mengalami pemeriksaan/ penyinaran di RS tersebut. Saya teringat firman Tuhan dalam Mazmur 91:11 yang berbunyi: “Sebab malaikat-malaikatNy a akan diperintahkanNya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu”. Dan juga salah satu kutipan yang membuat saya terkesan yang tertera di tempelan lemari es saya: “God in His wisdom and His love very often sends His angels down to walk with us. We know them best as friends” (Tuhan dalam kebijakan dan kecintaanNya kepada kita seringkali mengirimkan malaikat-malaikatNy a untuk berjalan bersama kita. Kita mengenal mereka sebagai teman). Sesudah penyinaran, pengobatan dilanjutkan secara hormonal dengan Tamoxifen dari bulan Oktober 1995 hingga April 2001. Keadaan saya baik-baik saja!
MEI 2001: Metastase ke Liver dengan Ascites Pada bulan Maret 2001 saya mengantar anak saya Vivien melanjutkan studi ke University of New South Wales, Sydney, Australia dalam keadaan sehat. Saya tinggal di Australia kurang lebih 1 bulan dan melakukan aktivitas sehari-hari dengan normal. Tetapi sekitar pertengahan bulan April, saya merasakan ketidaknyamanan di daerah perut. Saya mulai merasa mual-mual, perut semakin membesar dan sering sakit dan mules. Saya memeriksakan diri ke dokter, dan dokter menganjurkan untuk USG. Hasil USG menunjukkan adanya penyebaran kanker ke hati yang ditandai dengan banyaknya bercak-bercak di hati dan asites/cairan di dalam perut. Hasil laboratorium pengambilan darah pada saat itu menunjukkan tumor marker sebagai berikut: CA 15.3 = 177 U/mL (normal: 35 U/mL) MCA = 28.8 U/mL (normal: 10 U/mL) CEA = 2.3 ug/L (normal: 3–5 ug/L)
25 MEI – 27 SEPTEMBER 2001: Kemoterapi di Singapura Lagi-lagi bukan suatu kebetulan, tetapi Tuhan yang sudah buka jalan. Anak saya yang kedua, Peter, seharusnya sudah diterima untuk sekolah lagi di Amerika, tetapi ketika dia berpamitan dengan atasannya (Peter telah bekerja selama kurang lebih 4 tahun sejak lulus kuliah di salah satu perusahaan multinasional di Jakarta) dia diberi kesempatan bekerja di Singapura. Setelah melalui pergumulan panjang, akhirnya Peter memutuskan untuk menerima tawaran kerja di Singapura. Belum genap satu bulan dia bekerja di sana, saya memerlukan pengobatan dan pilihan dijatuhkan untuk menjalani pengobatan di Singapura. Sekali lagi Tuhan buka jalan! Bahkan tempat pun Tuhan telah sediakan. Di apartemen tempat Peter tinggal ada empat kamar. Dia tinggal di sana bersama dua orang teman sekantornya. Satu kamar ekstra itu seharusnya digunakan untuk urusan kantor, tetapi karena mereka baru bekerja di Singapura selama sebulan maka mereka belum bisa bekerja di rumah (belum mendapat fasilitas kerja di rumah). Jadi satu kamar ekstra tersebut rencananya akan disewa salah seorang teman kantor mereka. Tetapi empat hari sebelum saya tiba di sana, teman kantor tersebut membatalkan perjanjian karena dia sudah mendapatkan tempat tinggal yang lebih dekat dengan kantornya. Rupanya Tuhan turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi orang-orang yang mengasihi Dia (Roma 8:28). Peter akhirnya menempati kamar extra tersebut, dan atas kebaikan kedua teman Peter tersebut kami (saya dan suami) menempati kamar Peter. Bahkan pembagian sewa pun mereka dengan tulus tidak mau menerima. Biarlah Tuhan yang akan membalas budi baik mereka ini. Rupanya Roh Kudus telah menggerakkan hati mereka. Terima kasih Tuhan! Saya menjalani pemeriksaan di Gleneagle Hospital Singapore dan menjalankan kemoterapi di sana. Bagaimana dengan prognosa/perkiraan kesembuhan saya? Kanker saya ternyata sudah stadium 4. Secara medis, sebetulnya dinyatakan sudah tidak bisa diobati (stage 4 cancer has no cure, and almost hopeless). Bahkan menurut perkiraan dokter saya hanya bisa bertahan hidup 3–6 bulan saja. Terpukulkah saya? Tidak!! Karena waktu dokter mengatakan itu, saya ada di ruang periksa/ganti dan saya membaca kata-kata itu pada buku harian suami saya pada waktu menjelang kemoterapi ke-4 dan hasil USG lever saya sudah membaik. Jumlah maupun ukuran kanker sudah jauh berkurang dan marker pun sudah turun setengahnya (CA 15.3: 93 U/mL dulunya 177 U/mL). Yang membesarkan hati suami dan anak saya di kala mendengar prognosa itu adalah perkataan dokter Singapura yang menenangkan saya (beliau seorang Kristen): “Kita, kalian punya Tuhan, percayalah pada Tuhan.” Memang benar tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Terus terang kami sangat mengharapkan mujizat. Dan mujizat itu memang terjadi, tetapi tidak seperti yang kita bayangkan seperti mujizat instan yang yang menyembuhkan saya seketika, melainkan sesuai dengan rencana Tuhan dan itu butuh suatu proses. Akhirnya saya menjalani kemoterapi dengan obat Adriamycin dan Taxotere. Semua efek samping kemoterapi saya alami, mulai dari lemas, mual-mual, konstipasi (sembelit), sariawan, mata berair terus, bahkan sesudah kemoterapi ke-4 dan ke-5 saya sempat diopname/diisolasi masing-masing 2 hari karena sel darah putih saya turun hingga 240-260/mm3 (normal: 4.000-10.000/ mm3). Saya juga mengalami pembengkakan pada kaki dan tangan. Efek samping terberat pada wanita yaitu rambut rontok hampir semuanya, yang terjadi sekitar 10 hari sesudah kemoterapi pertama. Akan tetapi, masih ada kejutan-kejutan membahagiakan yang saya alami. Pada hari ketiga setelah kemoterapi pertama di kala kami masih bingung dan kaget menghadapi efek samping yang mulai timbul, atasan saya beserta istri (beliau seorang dokter ahli penyakit dalam) datang menjenguk di apartemen. Mereka menjenguk sampai 3 kali selama saya dikemoterapi. Beliau membantu baik moril maupun materil. Begitulah cara ajaib dan bantuan kasih Tuhan yang kami rasakan. Juga melalui saudara-saudara kandung dan keponakan-keponakan saya yang secara bergiliran menengok dan memberi dukungan terutama doa. Terutama juga dukungan doa dari suami dan anak-anak tercinta. Saya akhirnya dapat menyelesaikan kemoterapi yang ke-6 dengan hasil CT Scan dan marker yang sudah mendekati normal (CA 15.3: 47 U/mL). Kemudian dilanjutkan dengan pengobatan hormon untuk menekan estrogen yaitu Femara, sehingga CT Scan dan marker saya normal kembali hingga saat pengalaman ini saya tulis (Juni 2005, kurang lebih 4 tahun paska-kemo). Perlu ditambahkan, menurut para dokter, hanya 5% orang yang diteliti dapat disembuhkan (sel kanker dimatikan) dengan jenis pengobatan ini. Setelah saya dinyatakan sembuh, Peter ada keinginan untuk melanjutkan studi ke Amerika (yang tertunda sekitar 3 tahun karena mendampingi saya di kala kemoterapi di Singapura). Peter belajar lagi untuk persiapan aplikasi sambil tetap bekerja. Dan di sini sekali lagi Tuhan mengirimkan “malaikat penolong-Nya” yaitu 3 orang teman kerja Peter (lulusan universitas ternama di Amerika) yang terus memberi semangat dan membimbing dia dalam persiapan aplikasi sekolahnya. Adalah suatu mujizat yang luar biasa bahwa akhirnya Peter dapat diterima di Harvard Business School, Boston, Amerika. Itu semua merupakan berkat dan pimpinan dari Tuhan saja! Bagaimana perasaan saya sekarang? Untuk Stage 4 cancer, tidak ada obatnya dan hampir tidak mungkin untuk sembuh. Semua obat hanya bersifat paliatif atau meringankan gejala saja. Sama sekali tidak ada istilah sembuh kecuali ada mujizat. Hanya remisi dan remisi dapat berlangsung dalam hitungan bulan ataupun tahun. Kapan obat hormonal seperti Tamoxifen dan Femara harus dimakan? Dan sampai berapa lama? 3 tahun? 5 tahun? Atau.. sampai tidak ada tanda-tanda adanya kekambuhan/ pertumbuhan tumor lagi (recurrency) ! Karena itu, anjuran dokter adalah periksa tumor marker sekali tiap 3 bulan (khusus marker kanker payudara: CEA, CA 15.3, CA 125), USG, and CT Scan. Secara manusia yang lemah (kurang iman?), salahkah/dosakah saya bila tiap kali akan di-check atau diambil darah saya selalu khawatir? Tuhan itu baik, penuh pengampunan, setia dan kasih adanya. Begitulah cara Dia menyapa dan mengingatkan kembali akan firman-firmanNya yang sangat menguatkan dan memberi terus pengharapan pada saya. Firman-firman tersebut antara lain saya dapatkan dengan melalui khotbah di radio/televisi/ teman-teman dekat. Sekali lagi bukan kebetulan pada saat-saat iman saya goyah. Terima kasih Tuhan Yesus. “Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja dalam kita, bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selama-lamanya.” (Efesus 3: 20-21)
FEBRUARI 2005 – AGUSTUS 2006: Pergumulan terakhir (dalam bentuk surat)
Surat pertama
Suami dan anak-anak, menantuku tercinta, Terima kasih dan aku sangat bersyukur kepada Tuhan atas bimbingan, penyertaan, kasih setia, dan kekuatan yang Tuhan berikan hingga saat ini. Tahun 2001 hingga awal 2005 kulalui tanpa keluhan apapun. Pada bulan Februari 2005, aku menjalani tes darah rutin. Di luar dugaan, marker darah Ca 15.3 yang biasanya stabil ± 16-17 U/ml naik menjadi 23.2 U/ml. Aku masih berpikir mungkin ada kesalahan atau dalam batas normal (N: 28 U/ml), tapi hatiku tak enak dan 2 minggu kemudian aku periksa kembali, marker menjadi 34 U/ml. Aku mulai bimbang, 2 minggu lagi aku periksa kembali dan menjadi 51 U/ml. Barulah aku cerita ke suami dan anak-anak yang lalu terkejut dan kamipun ke dokter. Anjuran dokter: USG dan sidik seluruh tubuh dengan zat radioaktif. Hasilnya mengejutkan, banyak spot-spot (kumpulan sel-sel kanker) pada tulang. Kami berangkat ke Singapura. PET Scan hasil yang begitu jelek, di daerah perut peritoneum banyak spot-spot selain tulang. Marker CA 15.3: >100 U/ml, CA 125: 325 U/ml (normal: 35 U/ml). Mengejutkan sekali! (Tapi kami tetap bisa bersyukur karena aku secara klinis belum merasa apa-apa). Kami kemudian mengadakan konsultasi ke dokter gastroenterologist, gineakolog dan urolog. Usul dokter adalah operasi perut hisektomi. Hasilnya, indung telur ternyata telah tertutup cairan (ascites). Operasi total kemudian dilakukan pada tanggal 5 Okt 2005. Akan tetapi, tes marker malah menunjukkan peningkatan CA 125 menjadi 896.8 U/ml, aneh sekali. Kemudian aku menjalani kemoterapi memakai obat Gemzar & Navelbine selama 12 kali (6 cycle). Dilanjutkan kemudian dengan PET Scan lagi. Ternyata hasilnya kurang lebih sama, malah di paru-paru kanan ternyata telah ada indikasi kanker. Marker CEA naik menjadi 5.2 U/ml dan CA 125 menjadi 1060 U/ml. Mengherankan semua dokter. Penyebabnya? Nobody knows. Mungkin sekitar perut ada apa-apa lagi, sedang kemoterapi sudah selesai. Keputusan dokter adalah suntikan obat hormon Faslodex sebulan sekali. Tetapi marker tetap naik, sehingga kami lalu kembali ke Singapura. Dokter menyarankan aku untuk menjalani kemoterapi dengan Xeloda + Navelbine (keduanya oral). Efek samping mual dan tidak suka makan, kembung, lambung parah lalu distop. Atas saran dokter Indonesia, aku minum obat hormone Aromacyn sejenis Femara penekan estrogen. Obat inipun ternyata tidak dapat digunakan karena marker tetap naik terus. Mendadak jantung lemas, fungsi tinggal 34% dan sudah tidak mungkin dipasang stand atau ditiup. Obat kanker terbaru yang harganya aduhai Herceptin, aku tidak bisa menerima karena HER2 new-ku negatif. Rupanya sekarang Tuhan tidak mengizinkan lagi badanku untuk diapa-apakan lagi. Aku cukup pasrah dengan apa yang Tuhan sudah berikan padaku. Manusia tetap memperlihatkan tak puas. Ada lagi penemuan obat baru Avastin, tapi aku tidak sreg dengen efek2 sampingnya. Jadi sekarang aku menjalani kemoterapi dengan obat Xeloda dan juga minum obat penguat ginseng Bing Han. Suami dan anak-anakku, menantuku sekalian, Tuhan memberkati.
Bandung, 23 Agustus 2006
Surat kedua
 Tuhan terus mendengarkan permohonan kami. Anak bungsuku Vivi justru pada masa-masa itu (2005-2006) sedang berkenalan dengan seorang pria, insinyur lulusan perguruan tinggi di Jerman dan putra seorang dokter di Bandung. Malah dengan tuntunan Tuhan, karunia dan berkat kasih Tuhan, Vivi bisa pacaran dengan Andri Seno Kurnadi (mantuku sekarang). Anaknya baik, sabar, rajin ke gereja dan jadi pimpinan komsel. Bulan Maret 2006 anakku Vivi dilamar. Rencananya mereka akan menikah tgl 11 November. Tetapi berhubung keadaanku dan atas nasihat dokter pribadi & teman-teman, pernikahan diajukan menjadi tgl 24 Juni. Lagi-lagi Tuhan mengadakan mujizat, kasih sayang, dan penyertaan kepada kami. Aku yang diperkirakan tidak bakal kuat (2 bulan dan 4 hari sebelumnya masuk RS karena lemes, tak suka makan) bisa mendampingi pernikahan mereka waktu pemberkatan di gereja & resepsi. Nama Tuhan dipermuliakan & dibesarkan karena siapa di balik itu semua. Tuhan kita yang hebat telah beri kesehatan & kekuatan hingga aku kuat berdiri dan bersalaman walaupun sesekali duduk karena tamu lebih dari 1000 orang. Usai resepsi, saya masih bisa mengantar anak saya ke hotel. Besoknya mengajak saudara-saudara santap siang dan foto bersama di salah satu restoran di Dago pk. 14.00. Sedang senang-senangnya merenungi betapa kasih setia Tuhan pada keluarga. Betapa anak-anak begitu mengasihi kami. Tiap malam kami bisa bersyukur bersama dengan menyanyikan lagu kesukaanku Bapa Sorgawi: Bapa Sorgawi Bapa sorgawi ajarku mengenal betapa dalamnya kasihMU Bapa sorgawi buatku mengerti betapa kasihMU padaku Semua yang terjadi di dalam hidupku Ajarku menyadari Kau s’lalu sertaku B’ri hatiku s’lalu bersyukur padaMU Kar’na rencanaMU indah bagiku Denny dan Karen begitu perhatian, sayang, merawat waktu saya sakit dan membantu finansialnya. Peter lulus dari MBA Harvard dan mau kembali ke Indonesia, kerja di J&J Jakarta. Vivi dengan sukarela telah mengorbankan kehidupan pribadi dan kerja masa depan, demikian juga Peter, untuk mendampingi aku di Indonesia. Pada tgl 4 Agustus 2006 suamiku Bernard masuk RS, untuk menjalani operasi pada tanggal 7 Agustus. Prostatnya membengkak, dan di kandung kemih ada 3 batu. Aku, bersama anak-anakku membujuk dan mendampingi dia waktu operasi. Terima kasih untuk anak perempuanku Vivi, yang bijak sekali mendampingi dan memberi support pada papinya yang selalu ketakutan sebelum dan sesudah operasi. Puji Tuhan semuanya sudah beres, operasi berjalan lancar dan bisa pulang RS tgl 11 Agustus. Sekarang suamiku sudah bisa bekerja normal kembali. Kini perutku agak kurang nyaman, kembung, dan mual lagi. Saya berdoa agar Tuhan memberi pengampunan dosa, kesabaran, dan kekuatan kepadaku dalam menghadapi penyakit ini. Terima kasih untuk suami dan anak-mantuku yang kukasihi, Tuhan memberkati.
Catatan akhir dari penyunting: Nyonya Ratna Sutrani, istri, mama kami yang tercinta akhirnya berpulang ke rumah Bapa di surga dengan damai pada tanggal 2 September 2006 pukul 20.10 WIB di RS Kebonjati Bandung, karena komplikasi penyakit yang dideritanya setelah dirawat selama 4 hari di ruang ICU. Kesaksian singkat ini merupakan amanat terakhir dari mama untuk dibagikan kepada banyak orang, sebagai bukti kebesaran Allah Bapa di sorga dan Anak-Nya yang tunggal Yesus Kristus melalui berkat-Nya yang melimpah dalam hidup mama. Semoga kesaksian singkat ini dapat menjadi berkat bagi saudara sekalian. Tuhan berkati…
 Bandung, 5 September 2006

Email penghiburan yang diterima tgl. 12 September 2006 dari dokter yang merawat mama, Dr. YO Tan – Gleneagles Hospital, Singapore (diterjemahkan bebas).
Yth. Vivien, Terimakasih untuk kiriman email dan kesaksian ibu anda tentang kebesaran Tuhan. Saya ingin berterima kasih untuk kebaikan anda lewat email.. Saya tidak dapat menahan air mata saya ketika saya membaca kesaksian itu dan saya harap kesaksian tersebut dapat menyentuh semua orang terutama yang belum percaya. Ijinkan saya mengemukakan pendapat saya dan saya harap ini dapat membantu kalian pada saat sulit ini. Pertama, ibu anda adalah orang yang sangat pemurah dan penuh perhatian, dan saya selalu malu bahwa beliau selalu membawakan saya dan staf saya makanan & barang setiap kali beliau berobat. Kedua, beliau adalah orang yang sangat beruntung dan sangat diberkati karena keluarga selalu memberikannya dukungan 200% terutama di saat penyakitnya bertambah parah. Saya melihat setiap anggota keluarga memberikan dukungan moril & materiil agar beliau memperoleh pengobatan yang terbaik. Saya sebagai dokter sudah melihat banyak keluarga dari pasien2 saya dan sangat sedikit yang seperti keluarga anda. Ketepatan waktu dari beberapa peristiwa keluarga sangatlah sempurna – Kepergian Peter untuk wisudanya (Saya sempat mengharapkan agar beliau dapat pergi ke Boston untuk menyaksikan saat tersebut), pernikahan anda (saya juga berharap saya dapat berada di sana untuk menyaksikannya) , operasi ayah anda, kepulangan kakak anda dari Amerika dan lainnya. Sepertinya ada tangan yang berkuasa yang turut campur dalam peristiwa2 tersebut. Ketiga, ketahanan ibu anda selama lima tahun dengan menderita penyakit kanker payudara stadium 4 dan jantung yang lemah adalah suatu keajaiban. Penyebab meninggalnya ibu anda mungkin bukan dikarenakan oleh kanker payudara. Dengan bantuanNya, beliau dapat meninggal dengan cepat dan tanpa sakit di tengah keluarga yang menyayanginya, yang saya yakin kita semua juga menginginkan proses tersebut. Meninggalnya ibu anda bukan sesuatu yang mengagetkan karena saya telah memperingatkan beliau juga kalian dengan prognosa yang memburuk, tapi beliau akan selalu dikenang. Seperti luka-luka lain, waktu akan menyembuhkan dan selalu ingatlah kenangan-kenangan indah bersamanya. Anda sangat beruntung telah memperoleh kesempatan beberapa bulan untuk mengantar ibunda berobat Singapur-Indonesia. Hidup terus berjalan tetapi simpanlah terus kenangan akan ibu anda dan ketahuilah bahwa beliau sekarang sudah berada di tempat yang lebih baik dan damai – bebas dari rasa sakit dan penderitaan. Sekali lagi, kami turut berduka cita dan kami akan selalu kehilangan beliau tetapi akan selalu mengingat kebaikannya dan senyumnya. Semoga Tuhan memberkati anda dan keluarga selalu.

apa yang kau alami ceritakanlah sama teman-temanmu. karena kesaksianmu itu berguna dan bisa menguatkan orang lain...

renungan harian


ALLAH SANG PENJAGA

Allah Sang Penjaga – Akhir-akhir ini sedang marak kasus pencurian dan pencopetan di daerah saya. Teman saya juga pernah korbannya. Dia kecopetan saat sedang membeli roti di sabuah toko roti. Saya tidak mengetahui lebih detail bagaimana ceritanya, tapi satu hal yang saya lihat adalah perubahan sikap dia setelah kecopetan. Sekarang dia jauh lebih berhati-hati dalam menjaga barang miliknya. Bahkan cenderung trauma, takut jika kejadian tersebut terulang kembali. Dia berusaha sedemikian rupa untuk menjaga barang-barangnya karena memiliki rasa ketakutan yang berlebih.
Mengingat kejadian yang dialami teman saya ini, saya diingatkan Tuhan dengan sebuah ayat di Mazmur yang mengatakan, “Tuhan menjaga orang-orang yang setiawan.”Jadi sebenarnya kita tidak perlu sampai memiliki rasa ketakutan berlebih, karena Tuhan menjaga kita. Dia adalah Sang Penjaga yang tidak perlu diragukan lagi, dia menjaga kita 24 jam sehari. Dia tidak pernah meninggalkan kita barang sedetik pun. Dia merupakan penjaga yang setia. Tetapi jangan samakan Yesus seperti satpam/hansip komplek kita.
Itu semua dapat kita dapatkan hanya dengan satu syarat, menjadi orang yang setiawan. Yesus ingin kita menjadi orang yang setia pada Tuhan. Menurut kamus bahasa indonesia, setia adalah berpegang teguh pada sebuah janji. Bagaimanapun beratnya tugas yang diberikan, kita harus tetap melaksanakannya. Itu juga yang Tuhan inginkan dari diri kita, Dia rindu kita menjadi pribadi yang setia kepadaNya. Tidak hanya di saat senang melainkan di saat yang sulit dan berat. Jangan hanya mau mengambil berkat-berkatnya Tuhan saja, tetapi kita juga harus setia disaat-saat yang tersulit sekalipun.
Jika kita setia padaNya, tidak perlu lagi yang namanya kuatir. Dia akan menjaga setiap anak yang setia padaNya. Jika kita setia, maka kita akan melihat bagaimana Yesus senantiasa menyertai dan menjagai kita. Kita tidak perlu lagi takut melewati jalan yang sepi, kita tidak perlu lagi takut rumah kita kecurian, kita tidak perlu lagi takut dengan segala macam ancaman duniawi, karena kuasa Tuhan selalu membentengi hidup kita.
Kasihilah TUHAN, hai semua orang yang dikasihi-Nya! TUHAN menjaga orang-orang yang setiawan, tetapi orang-orang yang berbuat congkak diganjar-Nya dengan tidak tanggung-tanggung. 
Mazmur 31 : 24

JANGAN CEREWET!

Jangan Cerewet!
Apa reaksi kita saat berhadapan dengan orang yang cerewet? Berhadapan dengan orang yang banyak omong, bahkn semua omongannya itu tidak mermutu. Kita akan mengeluh dalam hati dan rasanya ingin kabur dari tempat itu. Oranga yang cerewet cenderung sangat cepat dalam berbicara dan lambat dalam bertindak.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita termasuk manusia yang cerewet saat berdoa kepada Tuhan? Bersyukurlah bahwa kita memiliki Allah yang panjang sabar. Allah dengan senang hati mendengarkan setiap keluhan-keluhan kita. Saat orang lain tidak mau mendengrkan setiap keluhan kita, atau keluhan itu bersifat pribadi, datanglah pada Tuhan.
Tuhan menghendaki agar kita tidak hanya cerewet saat berdoa saja. Tuhan ingin kita juga berusaha dan bekerja keras untuk mengejar semua harapan kita. Jangan menjadi manusia “tong kosong nyaring bunyinya”. Kita memiliki Allah yang luar biasa, hendaknya kita juga memiliki kualitas hidup yang luar biasa.
Allah sudah menyiapkan masa depan dan berkat-berkat-Nya pada kita. Tuhan sudah memberikan semua itu pada kita. Yang menjadi permasalahannya adalah kita serngkali tidak menyadari hal itu dan kita tidak mempunyai usaha untuk mengambil semua berkat itu.
Saat seseorang ingin menanam buah, maka dia akan menaburkan bibit-bibit buah itu, memupuk, menyirami, dan memangkas cabang-cabang yang tidak menghasilkan. Kita tahu bahwa bibit-bibit yang ditabur itu sangat ringan dan tenaga yang kita keluarkan untuk menanam tidaklah banyak. Akan tetapi saat semua bibit-bibit itu tumbuh besar dan berbuah banyak, maka akan membutuhkan tenaga yang luar biasa unuk menuainya. Akan lebih berat saat menuai daripada menabur. Dibutuhkan kerja keras untuk menuai berkat-berkat yang dari Tuhan.
Jangan cerewet! Berusahalah dengan keras untuk mengambil berkat-berkatmu!

MENEMBUS BATAS

Menembus Batas – Siapa yang tidak mengenal Nick Vujicic? Seseorang yang dilahirkan tanpa tangan dan kaki, tetapi memiliki keahlian melebihi orang normal. Walaupun tidak memiliki tangan dan kaki namun Nick Vujicic dapat bermain golf, berselancar, berenang, dll. Menurut saya, dia merupakan salah satu tokoh yang mampu menembus batas kekurangannya. Bahkan melalui kekurangan yang dia mikili, dia mampu merubahnya menjadi sesuatu yang orang lain tidak dapat lakukan.
Saat usianya 8 tahun, dia pernah merasakan depresi yang hebat, namun kemudian dia sadar bahwa hidup harus dia syukuri, apapun keadaannya. Akhirnya perlahan namun pasti, dia menjadi seorang motivator hebat yang mendunia, dan berhasil memotivasi jutaan orang di seluruh dunia untuk terus meraih mimpi.
Dalam Alkitab juga banyak kisah-kisah yang memiliki keterbatasan. Salah satu contohnya adalah Raja Daud. Beliau masih sangat muda kala itu, tidak memiliki pengalaman-pengalaman dan latar belakang yang tidak memenuhi syarat untuk menjadi seorang raja. Tetapi dia berani bermimpi dan memiliki semangat yang tinggi untuk menembus garis batasnya. Dia tidak takut menghadapi goliat yang jauh lebih besar dari dia. Tuhan mengurapi dan mengubah hidupnya dengan luar biasa.
Bagaimana dengan kita? Maukah kita menjadi seperti Nick Vujicic atau Daud? Setiap orang pasti memiliki kelemahan, tidak ada manusia yang sempurna. Maukah kita menembus batas kelemahan kita tersebut? Jika kita percaya kepada Tuhan, kita pasti sanggup menembus batas tersebut. Bahkan ketika kita berjalan dengan Yesus, Dia akan memberkati kita untuk melakukan hal-hal hebat yang menurut orang mustahil kita kerjakan. Seperti halnya Nick dan Daud.
“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar daripada itu…”
Yohanes 14 : 12
Silahkan kunjungi Renungan Harian Kristen untuk mendapatkan update renungan rohani setiap hari dan baca juga tentang Kamera Tersembunyi

KASIH YANG MULA-MULA

Kasih yang Mula-Mula
Kebahagiaan sejati tidak akan pernah bisa mati. Kebahagiaan sejati tidak terlatak pada hal-hal yang besar dan mahal, melainkan terletak pada hal-hal kecil yang kadang sering terabaikan. Bahagia itu memang istimewa, tapi sadarilah bahwa sebenarnya bahagia itu sederhana.
Banyak orang menjalani kebahagiaan tidak dengan sepenuh hati. Saat orang lain membuatnya kecewa, bahagiapun lenyap bersama kasih. Tak ada senyuman, yang terlukis hanyalah kedengkian. Rasa kecewa yang mendalam akan menggoreskan luka. Dan luka itu akan menimbulkan akar pahit.
Ingatlah akan kasih yang mula-mula saat bahagia hilang daripadamu. Saat kau kecewa dengan sahabatmu, ingatlah saat kau pertama kali mengikat tali persahabatn dengannya. Saat orang tua merasa kecewa dengan anaknya, ingatlah betapa bahagianya anda ketika pertama kali melihat anakmu lahir. Ketika kau kecewa dengan pasanganmu, ingatlah saat-saat dimana dia selalu menemanimu dalam suka dan duka.
Tuhan tidak dengan sembarangan menciptakan kita. Ada maksud dan tujuan tertentu yang terajut dalam kehidupan kita. Ingatlah akan kasih Tuhan. Kasih-Nya tak pernah sedikit pun berkurang pada kita.
Tanamlah kasih dimanapun kita berpijak. Kasih itu akan terus berputar dan suatu saat akan kembali kepda pemiliknya. Saat kita menabur kasih, kita akan menuai berkat.

TULI ROHANI

Tuli Rohani
Setiap manusia tidak ada yang sempurna. MAsih banyak kekurangan yang sama sekali tidak disadari. Mereka lebih cenderung menganggap bahwa kelemahan tidak ada pada dirinya. Mereka lebih senang mengandalkan diri sendiri dan mengganggap dirinya kuat dan hebat.
Orang-orang yang mengeraskan hatinya dan terfokus pada kekuatannya sendiri, tidak akan pernah bisa mendengarkan suara-suara Tuhan. Orang-orang yang demikian disebut dengan “tuli rohani”. Orang yang mengalami “tuli rohani” tidak akan mendapat pemulihan dari Tuhan.
Tuhan menghendaki agar kita lebih peka pada suara-Nya. Dengan mendengarkan suara Tuhan, maka kita akan menyadari siapa diri kita sebenarnya. Suara Tuhan akan menuntun setiap langkah kita dan akan menjauhkan kita dari kebinasaan. Berjalan bersama dengan Tuhan akan mengubah kegagalan menjadi keberhasilan.
Kegagal, pencobaan, penderitaan, ataupun kekecewaan, seringkali dipakai Tuhan untuk menyadarkan kita bahwa kita ini adalah manusia yang lemah. Tuhan memakai semua itu untuk mengingatkan agar kita selalu bergantung dan mengandalkan Dia.
Seringkali kita menghadapi “duri dalam daging”. Suatu masalah yang sangat menyakitkan dan sulit untuk disembuhkan. Apabila kita tetap bertahan pada kekuatan kita sendiri, maka duri itu akan melukai semakin dalam dan menyayat-nyayat seluruh kehidupan kita. Hanya Yesus yang mampu mencabut semua duri-duri itu. Maka datanglah pada Yesus dan percayalah bahwa Yesus akan memberikan yang terbaik bagi kehidupan kita.

“Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.” 

2 Korintus 12:9b

I HATE MONDAY

i hate monday
I Hate Monday.. Sebuah kalimat yang tentunya tidak asing bagi kita. Banyak diantara kita yang membenci hari senin. Setelah sabtu minggu berakhir pekan, bermalas-malasan, atau mungkin pergi berwisata dengan keluarga maupun teman. Tiba-tiba kita harus mulai bekerja kembali, meninggalkan setiap zona nyaman kita. Hari baru bagai perpanjangan derita hidup yang membawa beban bar, pekerjaan baru, persoalan baru. Sehingga banyak orang yang merespon hari baru dengan sedikit enggan.
Tetapi ada juga orang yang merasa gembira dan bersemangat ketika memasuki hari atau minggu yang baru. Bagi mereka, hari baru adalah kesempatan baru, peluang baru. Oleh karena itu, mereka menyambutnya dengan hati yang gembira dengan semangat dan tekat baru.
Termasuk yang manakah anda? I hate monday atau I like monday? Jika termasuk kelompok yang ke dua, puji Tuhan. Itu berarti anda sudah berada di “jalur” yang benar. Berjalanlah terus di sana dan biarlah orang-orang yang disekitar anda turut merasakan semangat dan kegembiraan hati anda.
Namun jika anda berada pada kelompok yang pertama, orang yang enggan dan merasa berat untuk mengawali hari anda, jangan jadikan itu sebagai kebiasaan anda. Bersemangatlah menghadapi kehidupan ini. Cintailah pekerjaan yang sekarang ini sedang anda hadapi. Walaupun berat dan membosankan, jika kita mengerjakannya dengan hati yang senang maka semua akan menjadi ringan. Jika kita tidak pernah mencintai pekerjaan kita, tak heran kalau kinerja kita sama sekali tidak maksimal. Tidak ada orang yang sukses di dalam sebuah bidang pekerjaan yang tidak dicintainya. Ubah cara pandang kita,  mulailah mencintai pekerjaan kita. Apapun profesi kita, temukan hal berarti dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan, sehingga kita bisa mencintai pekerjaan kita.
Semoga melalui renungan hari ini tidak ada lagi keluh kesah “I Hate Monday” dari kita semua, melainkan berubah menjadi “I Like Monday”. Karena semua yang diciptakan Allah itu indah, tidak ada yang buruk, tidak ada yang tidak menyenangkan, jadi kita tidak perlu membencinya tetapi malah sebaliknya.
Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada bergembira dalam pekerjaannya … - Pengkhotbah 3:22

DIBAYAR DENGAN LUNAS

Dibayar Dengan Lunas – Setelah persekutuan pemuda tadi malam, saya menyempatkan diri untuk bercakap-cakap dengan beberapa teman. Tidak lama datanglah pelatih paduan suara gereja kami, dan beliaupun ikut ngobrol dengan kami. Dalam obrolan tersebut membahas orang yang mengatas namakan pelayanan untuk mencari nafkah hidup. Jadi memang ada beberapa orang yang mereka tidak dapat membedakan mana pelayanan dan pekerjaan. Setiap pelayanan yang mereka lalukan dihitungnya dengan uang. Apapun yang mereka kerjakan dihargai dengan uang.
Itu juga yang dialami pelatih paduan suara kami. Dia melatih banyak paduan suara gereja, baik gereja sendiri maupun gereja luar. Setiap kali diundang untuk melatih paduan suara, seharusnya beliau mendapatkan uang sepagai upahnya. Tetapi beliau bercerita tidak pernah mau menerima uang tersebut. Beliau mengatakan, “Semua sudah dibayar dengan lunas.”
Sebuah kalimat yang sangat memberkati saya. Benar sekali apa yang dikatakan pelatih paduan suara saya tersebut, kita telah dibayar dengan lunas, dengan harga yang sangat mahal. Tapi sering kali kita masih melakukan perhitungan sama Tuhan. Kita masih sering tarik ulur sama Tuhan.
Dalam I Petrus 1:18-19 dituliskan, “Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.” 
Kristus telah membayar lunas dengan pengorbananNya di kayu salib. Sebuah harga yang sangat mahal, yaitu dengan darah Kristus. Lantas, apa yang akan kita berbuat dalam hidup kita? Masih perlukah kita melakukan perhitungan sama Tuhan? Persembahkan tubuhMu kepada Tuhan, layani Dia. Karena Dia telah memberikan yang terbaik bagi kita, maka skarang bagian kita melakukan yang terbaik untuk Tuhan. Layanilah dia dengan segenap hatimu, layanilah Dia dengan segenap tubuhmu, layanilah Dia dengan segala yang kita miliki. Jangan pernah mengharapkan apapun dari pelayanan kita, jangan mengharapkan imbalan atau bayaran dari pelayanan kita, karena kita telah dibayar dengan lunas.
“Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!”
(I Korintus 6:20)